Selasa, 29 April 2014

Tips Untuk Menghadapi Ujian Nasional

Gue punya trik tersendiri untuk menghadapi Ujian Nasional tahun ini, barangkali loe pada tertarik dengan tips gue.

1. FOKUS
Kalian yang bakal menghadapi ujian nasional 2014 haruslah fokus untuk mengikuti Ujian Nasional 2014, tidak usah kalian memfokuskan hal-hal lain yang bisa membuat loe salah fokus untuk menomorduakan Ujian Nasional 2014.
Mulai sekarang loe juga harus stop untuk agenda-agenda yang sekiranya tidak penting. Fokuslah untuk mengikuti Ujian Nasional 2014. Loe ingin sukses ngerjain soal UN kan?
2. Jangan Remehkan Try Out
Biasanya siswa yang mau menghadapi Ujian Nasional sering meremehkan try out. Try Out itu tolak ukur kamu, seberapa bisakah atau pemahaman loe dalam materi-materi UN.
Loe pasti perlu tolak ukur, supaya loe bisa mengevaluasi kekurangan kalian. Usahakan selalu mengerjakan soal-soal Try Out dengan baik, bayangkan saja Try Out sebagai simulasi UN 2014.
3. Porsi Tambahan
Nah, dari evaluasi hasil yang loe dapet via Try Out tadi, berikan porsi tambahan untuk pelajaran-pelajaran yang loe anggap lemah.  Mintalah bantuan ke guru pengajar, kakak-kakak loe, guru les, atau tentor (jika loe mengikuti les di lembaga).
4. Ikuti Beberapa Workshop Mengenai “Ujian Nasional”
Dengan mengikuti workshop mengenai Ujian Nasional loe akan lebih mengerti Apa, Bagaimana, Kenapa, Kapan Ujian Nasional. Beberapa dari workshop itu juga sebagian memberitahumu tips-tips dalam mengerjakan Ujian Nasional. Ada juga Workshop yang bersifat ESQ yang akan membantu kalian dalam hal motivasi dan ketenangan hati.
5. Jaga Komunikasi Vertikal
Pasti ngerti kan dengan apa yang dimaksudkan “komunikasi vertikal”? Jadi loe harus menjaga ibadah kamu ke yang maha kuasa. Rajinlah beribadah, bagi loe yang muslim dijaga sholatnya ( sehari 5 waktu). Lalu kalau bisa puasa shunnah (senin-kamis), shalat dhuha, shalat tahajud ,baca AL-QURAN setiap hari sehabis shalat maghrib atau sebelum subuh , dan yang terakhir sering-seringlah bersedekah.
6. Jaga Komunikasi Horizontal
Selain kalian menjaga komunikasi vertikal, loe juga harus menjaga komunikasi horizontal. Maksudnya adalah berbuat baiklah loe ke sesama teman, tetangga, keluarga, orangtua, kalau kalian punya salah langsunglah meminta maaf dan minta doa restu untuk kelancaran Ujian Nasional yang bakal kalian hadapi.
7. Jaga Kesehatan
Jangan sampai kesehatan kamu terganggu, apalagi saat-saat mendekati waktu pelaksanaan Ujian Nasional, itu masalah luar biasa karena bisa merusak konsentrasi dan fokus untuk menghadapi Ujian Nasional. Usahakan, makan yang teratur dan jaga kondisi dengan berolahraga minimal 3x dalam seminggu.
8. Mintalah Doa Orangtua, Guru, dan Paling Penting Doa Ibu
Ini juga yang sangat penting dalam menghadapi Ujian Nasional yakni doa dari orang-orang yang sangat dekat dengan kita yakni kedua orangtua, dan orang yang memberikan ilmu yakni Guru.
9. Jangan Nervous
Kebiasaan murid-murid ketika h-7 sampai pelaksanaan hari H perasaan nervous banget, tapi itu jangan sampai terjadi, karena bakal merusak konsentrasi sehingga loe bisa blank dan nggak bisa mengingat materi yang kalian pelajari selama ini. Usahakan tetap tenang, atur pola nafas sehingga kalian bisa konsentrasi penuh mengerjakan soal Ujian Nasional.
10. Percaya Diri
Percaya pada diri sendiri, jangan percaya dengan hasutan-hasutan yang ada di lingkungan sekitar. Kalau loe sudah menguasai materi, ngapain loe harus tidak percaya diri. Beberapa orang yang dalam proses KBM nilainya bagus, namun saat Ujian Nasional tidak Percaya Diri, hasilnya pun Jeblok.

Itulah tips dari gue untuk menghadapi Ujian Nasional tahun ini, keep calm and success.

Sabtu, 21 Desember 2013

Dianggap Pengemis Karena Keterbatasan Fisik

Keterbatasan fisik bukan penghalang meraih kesuksesan. Paling tidak itulah yang tercermin pada Sugimun, pemilik tiga unit toko elektronik “Cahaya Baru”
Suatu ketika Sugimun pergi ke solo untuk membeli mobil. Ketika akan masuk ke sebuah shoowroom mobil, seorang karyawan menghampirinya dan mengulurkan uang recehan kepadanya. Diperlakukan seperti itu Sugimun segera menukas, “Oh, saya bukan pengemis, Mas. Saya cari mobil.”
Tentu saja si karyawan tersebut kaget dan cepat-cepat masuk ke dalam sambil menanggung malu.
Menurut Sugimun, si karyawan mengira dirinya seorang pengemis karena menggunakan kursi roda, “Waktu itu sopir saya sudah duluan masuk show room,” kenang Sugimun tersenyum.
Lelaki yang lahir tahu 1970, di dusun Mojopuro, Magetan, Jawa Timur ini adalah pemillik toko elektronik “Cahaya Baru” di kota trenggalek dan Magetan, Jawa Timur.
Bagi orang Trenggalek , Magetan dan sekitarnya, nama toko itu sudah tidak asing lagi. “Cahaya Baru” dikenal sebagai toko elektronik yang cukup besar. Omsetnya sudah mencapai 150 juta per bulan.
Sugimun memberi nama tokonya dengan “Cahaya Baru”, dengan dimaksudkan untuk mewakili sebuah harapan harapan baru bagi diri dan keluarganya,
Keberhasilan Sugimun seperti sekarang tidak lepas dari usaha dan doa ibunya. Maklum, selain sejak kecil cacat, Sugimun juga lahir dari keluarga miskin. Saking miskinnya, ia tidak sempat mengenyam pendidikan formal. “Sekolah TK saja enggak pernah,” kenangnya.
Perubahan kehidupan Sugimun berawal pada usia 19 tahun. Ketika itu, seorang aparat desa beberapa orang dari Dinas Sosial  datang ke rumahnya. Mereka mengajak Sugimun mengikuti program penyantunan dan rehabilitasi sosial dan penyandang cacat di Panti Sosial Bina Daksa (PSDB) “Suryatama” di kota Bangil, Jawa Timur. Ditempat tersebut Sugimun mengikuti bimbingan fisik, mental, serta pendidikan kejar Paket A.
“Pada awalnya, saya merasa rendah diri karena semua teman saya penyandang cacat memiliki pendidikan formal mulai dari SD, SMP bahkan ada yang lulusan SMA,” kenangnya. Sedangkan dirinya belum mengenal baca tulis.
Namun karena tekadnya untuk bangkit dan tidak ingin bergantung pada orang lain, rasa rendah diri itu dibuangnya jauh-jauh. Di Suryatama, ia belajar keterampilan elektronik seperti radio, sound system, kipas angin, televise, dan lain sebagainya.” Katanya.
Setelah dua tahun mengikuti program pelatihan, Sugimun kembali pulang kampung. Namun ia tidak punya aktivitas di desanya. Akhirnya ia mencoba mencari kerja di tempat usaha servis elektronik. Sayangnya, kebanyakan berujung pada penolakan. “Mungkin mereka menilai saya tidak cukup mampu bekerja dengan baik karena kondisi fisik seperti ini,” kenangnya,
Yang menyedihkan, seringkali ia disangka pengemis saat melamar pekerjaan. Ia baru bisa bekerja tatkala seorang teman di Kediri menerimanya sebagai karyawan sebuah bengkel elektronik. Namun karena suatu alasan, tidak sampai satu tahun, ia memutuskan untuk pulang kampung.
Ia pun mencoba melamar pekerjaan di kota kelahirannya. Lagi-lagi ia kembali mendapatkan penolakan, “Hal ini membawa saya pada kesimpulan bahwa saya harus membuka lapangan pekerjaan untuk bisa bekerja,” katanya.

Berbekal Restu sang Ibu
Dengan kondisi ekonomi yang serba sulit serta pengalaman yang ditolak berkali-kali membuat Sugimun nekad berusaha sendiri. Berbekal restu sang ibu, tahun 1992 ia menjual perhiasan emas milik ibunya senilai Rp. 15.000,-. Uang tersebut sebagian ia pakai untuk menyewa lapak emperan pasar sayur Magetan. Di tempat yang kecil itu, ia membuka usaha jasa servis elektronik dan menjual isi korek api. Dengan perlengkapan seadanya, setiap hari ia melayani pelanggannya.
Untuk menjalankan usahanya, Sugimun harus berjuang keras. Betapa tidak, jarak perjalanan dari rumah ketempat usahanya sangatlah jauh. Dari desanya yang terpencil, ia harus berjuang menempuh jarak satu kilometer untuk menuju ke tempat mangkal angkutan umum yang akan membawanya ke kiosnya. Belum lagi jarak menuju pasar sayur. Ditambah lagi naik-turun angkutan umum. Bagi orang fisiknya normal, hal itu bukan masalah. Namun bagi Sugimun yang kakinya layuh (lumpuh) akibat polio, terasa berat.
Usahanya itu juga terkadang ramai, terkadang sepi. “Namun, saya tetap yakin Allah Maha Adil, Pengasih dan Pemurah,”katanya.
Dengan penuh ketelatenan dan kesungguhan, Sugimun berusaha meraih kepercayaan para pelanggan, terutama dalam menepati janji. Ia berusaha keras untuk menyelesaikan pekerjaan tepat waktu. Ia juga tidak pelit menjelaskan kepada pelanggannya tentang kerusakan dan onderdil yang harus dibutuhkan, termasuk harga dan kualitas onderdil yang bervariasi. “Ternyata dengan cara seperti itu kepercayaan bisa didapatkan,” katanya.
Kiosnya semakin sering dikunjungi orang. Berarti, kebutuhan akan onderdil elektronik juga meningkat.
Peluang inilah yang ia baca. Ia mulai menyisihkan uangnya untuk modal pembelian onderdil. sedikit demi sedikit ia juga melengkapi kiosnya dengan barang elektronik. Karena semakin lama barangnya kian banyak, akhirnya ia memberanikan diri membeli toko. “Alhamdulillah ramai,” jelasnya. Kini ia telah memiliki tiga unit toko.
Meski kini menjadi orang sukses, Sugimun tidak lupa terhadap keluarganya. Sebagai anak tertua dari delapan saudara, ia merasa bertanggung jawab atas eberlangsungan pendidikan adik-adiknya. Oleh karenanya, sebagian rezekinya ia gunakan untuk membantu biaya pendidikan tiga orang adiknya, ia mangajak mereka untuk membantu menjalankan toko elektroniknya. Ia berharap agar kelak, saudara-saudaranya yang lain mampu mandiri. “Saya bahagia bisa menyekolahkan ketiga adik saya hingga tamat SMU,” katanya.
Kebahagiaannya semakin lengkap ketika ia menemukan jodohnya bernama Nursiam. Perempuan yang ia nikahi itu kini memberinya tiga orang anak.
Selain itu, Sugimun juga membantu orang-orang di daerah sekitarnya. Ia tidak membantu dalam bentuk uang, melainkan berupa pemberian kesempatan pendidikan dan keterampilan. Ia membina beberapa yatim dan anak cacat agar memiliki berbagai keterampilan yang berguna bagi masa depan mereka kelak.
“Pengalaman masa lalu membuat saya sadar, bahwa pendidikan dan keterampilan sangat berguna bagi orang-orang seperti saya,” katanya sambil tersenyum. Ada tiga anak yatim cacat yang kini ia asuh. Tidak banyak memang, tetapi paling tidak, ia telah berbuat sesuatu untuk sesamanya.

Satu hal yang ia syukuri, ia hanya cacat fisik, bukan cacat rohani. Cacat fisik yang ia alami tidak membuatnya jatuh terpuruk mengharap belas kasih orang lain, melainkan sebagai pelecut semangat untuk menggapai cita-cita mandiri. Kini, meski ia secara fisik tidak sempurna, tetapi ia mampu berbuat lebih. Melebihi dari apa yang bisa dilakukan oleh orang normal. “Ini semua rahasia Allah, bahwa orang cacat seperti saya, diberi kemampuan untuk membantu orang lain,” katanya.

Jumat, 20 Desember 2013

Orang Kampungan Bukan Berasal Dari Kampung

Kata kampungan itu awalnya digunakan orang kota untuk meledek orang kampung masuk kota. Keluguan orang kampung dengan perbedaan suasana kampung dan kota membuat mereka kebingungan sendiri dan cenderung dianggap "norak" oleh orang kota. Padahal, orang kota masuk kampung juga norak nya akan sama. Stigma mengenai orang kota lebih tinggi derajatnya dari orang kampung membuat kata kampungan itu terkesan rendahan. Padahal konotasi nya itu menjurus pada orang yang linglung dengan suasana baru. Beda suasana dan beda kebiasaan (tata krama, tata bahasa, dan lainnya). Dua hal yang membuat orang kebingungan. 

Dari kebingungan dan kebiasaan yang sulit diubah ini membuat kata kampungan menjadi kata umum untuk meledek orang. Kata baru versi orang kota untuk merendahkan orang lain yang secara tidak langsung membuat perbedaan status sosial menjadi lebih jelas. Untuk segala hal yang diluar batas normal masuk dalam kategori kampungan. Sampai hal kecil seperti volume bicara yang kelewat besar pun bisa disebut kampungan. Kata ini mengalami pergeseran makna. Kampungan bukan lagi orang kampung tapi orang kota yang bertindak abnormal. 

Saya salah satu yang menggunakan pergeseran makna dari kata kampungan itu. Saya tidak bermaksud mengatai orang kampung. Orang kampung itu orang yang tinggal di kampung. Orang kampungan itu ya contohnya kayak orang-orang yang suka pake tas Hermes palsu. Lebih jelasnya: Orang kampung bukan kampungan dan Kampungan bukan orang kampung. Dua hal yang berbeda walaupun bentuknya hampir sama.

Sebenarnya saya gatel banget untuk jabarin siapa aja orang-orang yang kampungan. Tapi kalau saya jabarkan secara jelas, gantian dong saya yang kampungan?

Orang Kampoeng

Hanya orang kampung yang bisa mengerti maksud dari tulisan saya.